Home Bisnis Fashion Kementerian Kebudayaan dan Yayasan KENARA Kolaborasi Lestarikan Tradisi Lewat Festival Budaya Surabaya

Kementerian Kebudayaan dan Yayasan KENARA Kolaborasi Lestarikan Tradisi Lewat Festival Budaya Surabaya

21
0

Surabaya, KAMINEWS.COM – Gedung Balai Pemuda Surabaya pada Minggu (19/10) tampak semarak dan berbeda dari biasanya. Sejak pagi, suasana di kawasan bersejarah itu dipenuhi warna-warni kain tradisional, aroma kuliner khas Jawa Timur, serta tawa anak-anak yang riang memainkan dolanan tempo dulu.
Semua berpadu dalam gelaran “Festival Dolanan Tradisional, Wastra, dan Kuliner Surabaya 2025”, acara budaya yang digagas oleh Kementerian Kebudayaan RI, Komisi X DPR RI, dan Yayasan KENARA dengan dukungan berbagai komunitas dan pelaku UMKM lokal.

Festival ini menjadi ruang kolaborasi antara pelestarian budaya dan pemberdayaan ekonomi masyarakat. Melalui kegiatan ini, penyelenggara ingin mengajak generasi muda untuk lebih mengenal tradisi sekaligus memberikan ruang bagi pelaku UMKM untuk memamerkan karya dan produk berbasis budaya.

Kain Tradisional Jadi Pusat Perhatian

Salah satu bagian yang paling menarik perhatian pengunjung adalah fashion show wastra nusantara. Para pengrajin dan pelaku UMKM binaan Yayasan KENARA menampilkan koleksi kain batik, tenun, dan lurik dengan rancangan yang memadukan unsur tradisional dan modern.
Para model dari berbagai usia tampil anggun di atas panggung, menunjukkan bahwa kain tradisional tak lagi dianggap kuno, melainkan bisa menjadi bagian dari gaya hidup masa kini. Tepuk tangan meriah kerap terdengar setiap kali busana baru diperagakan.

“Ini bentuk nyata bahwa budaya bisa terus berinovasi. Kami ingin membuktikan bahwa wastra bisa menjadi produk ekonomi kreatif yang bernilai tinggi,” ujar Shanty Octavia Utami, Ketua Yayasan KENARA.

Dolanan Anak Jadi Sarana Edukasi Budaya

Selain wastra, festival juga menghidupkan kembali berbagai permainan tradisional seperti egrang, engklek, dan bakiak. Anak-anak tampak antusias mencoba permainan yang sebagian besar sudah jarang mereka temui.
Sorak tawa terdengar riuh ketika para peserta berusaha menjaga keseimbangan di atas egrang atau berlari bersama dalam bakiak panjang. Banyak orang tua ikut tersenyum, teringat masa kecil mereka.

“Dolanan seperti ini bukan hanya permainan, tapi juga sarana membangun kerja sama dan melatih ketangkasan anak,” ujar Reni Astuti, yang turut hadir dalam acara tersebut. Ia menegaskan bahwa pelestarian budaya sebaiknya dilakukan dengan cara-cara yang menyenangkan dan melibatkan masyarakat secara langsung.

Kuliner Surabaya yang Selalu Dirindukan

Tak hanya budaya dan permainan, festival ini juga menghadirkan pameran kuliner khas Surabaya. Beberapa stand UMKM menyajikan beragam makanan tradisional seperti rawon, rujak cingur, lontong balap, semanggi, hingga aneka jajanan pasar.
Pengunjung dapat mencicipi langsung hidangan yang disajikan sambil menikmati musik gamelan dan dekorasi bernuansa Jawa Timur di setiap sudut area.

“Biasanya kami hanya jualan di pasar, tapi di sini kami bisa memperkenalkan produk ke lebih banyak orang,” ujar Bu Siti, salah satu pelaku UMKM kuliner yang berpartisipasi.

Pelestarian Budaya yang Menggerakkan Ekonomi

Melalui festival ini, penyelenggara ingin memperlihatkan bahwa pelestarian budaya tidak hanya sebatas kegiatan seremonial, tetapi juga bisa menjadi penggerak ekonomi masyarakat. Banyak pelaku UMKM mendapatkan kesempatan baru, baik dari penjualan langsung maupun jaringan kerja sama yang terjalin selama acara.

“Kalau budaya hidup, masyarakat juga ikut hidup. Kami ingin kegiatan seperti ini terus berlanjut dan menjadi agenda tahunan,” tambah Shanty.

Meriah, Edukatif, dan Penuh Makna

Festival yang berlangsung hingga pukul 14.00 WIB ini ditutup dengan penampilan bersama seluruh peserta di atas panggung utama, menyanyikan lagu daerah dengan penuh semangat. Suasana hangat terasa di antara penonton yang ikut bernyanyi, menandai akhir dari perayaan budaya yang sarat makna.

Dengan perpaduan antara dolanan tradisional, wastra, dan kuliner khas daerah, Festival Surabaya 2025 menjadi bukti bahwa pelestarian budaya bisa dikemas dengan cara yang modern, kreatif, dan tetap menggembirakan.)***RED.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here